PRODUKSI VAKSIN DAN APLIKASI PEMERIKSAAN PADA COVID-19

Pelaksanaan kegiatan kuliah pakar yang diusung oleh prodi D-IV Analis Kesehatan yaitu “Produksi Vaksin dan Aplikasi Pemeriksaan Pada Covid-19” yang dilaksanakan pada Sabtu, +14 Agustus 2021 pukul 09.00-11.30 WIB dan menjadi serangkaian kegiatan dari -Harlah UNUSA yang ke 8. Topik yang diangkat sesuai tema ini yaitu “Produksi Vaksin” dengan narasumber Dr. drh. Dewi Noor Hidayati., M.Kes, Peneliti Lab. Pengembangan Produk PUSVETMA dan topik “Aplikasi Pemeriksaan Antibodi pada Covid-19” yang dijelaskan oleh dr. Nathalya Dwi Kartika Sari., Sp.PK., Kepala Unit Laboratorium RSI A. Yani Surabaya sekaligus dosen di Prodi D-IV Analis Kesehatan. Sebagai moderator dalam kegiatan ini adalah dr. Notrisia Rachmayanti, Sp.PK dari yang bekerja sebagai dokter spesialis patologi Klinik  di RSI Jemursari sekaligus  doses D-IV Analis Kesehatan UNUSA. Kegiatan ini diikuti oleh 360 peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Maluku.

Sesuai dengan harapan yang disampaikan oleh Rektor UNUSA, kuliah pakar ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai vaksin sehingga tenaga kesehatan dan mahasiswa nantinya dapat mengedukasi masyarakat, bahwa vaksin bukanlah sesuatu yang berbahaya dan dapat digunakan untuk menekan tingkat keparahan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan mampu untuk membentuk herd immunity. Selain itu, pemaparan mengenai aplikasi pemeriksaan antibody pada covid-19 diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai tindakan lanjutan dari proses vaksinasi, yaitu pemeriksaan antibody yang dibentuk tubuh sebagai respon tubuh dari pemberian vaksin.

Menurut informasi dari Dr. drh. Dewi Noor Hidayati., M.Kes, di Indonesia menjelaskan bahwa produksi vaksin dilakukan oleh Biofarma dibawah naungan Kementrian Kesehatan dan PUSVETMA dibawah naungan Kementrian Pertanian. Terdapat 3 jenis vaksin yang diketahui yaitu, vaksin aktif atau Live Modified Vaccine dimana menggunakan virus hidup yang dilemahkan melalui pasase pada kultur sel temperature mutan Re-Assorted genome recombinan, vaksin in-aktif atau Killed Vaccine mengandung virus yang diinaktivasi secara kimia dengan pemberian bahan-bahan bisa formaldehid atau yang lainnya dan bisa juga menggunakan secara fisika dengan perubahan temperature, dan vaksin baru yaitu Novel Vaksin atau Vaksin Rekombinan dengan rekayasa genetic melalui Delesi gene, Vektor virus, dan DNA virus, namun model vaksi jenis ketiga ini masih belum bisa diterapkan di Indonesia-+. Upaya pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan teknologi konvensional dan teknologi modern. Teknologi konvensional yang saat ini digunakan di PUSVETMA dari step multivasi  kemudian didapatkan lesi antigen kemudian dilakukan seed vaksin, lalu dilakukan uji imunogenesitas dan uji klinis pada hospes peka sampai didapatkan Prototype Vaksin. Sedangkan teknologi modern yang digunakan berdasarkan bioinformatika sehingga didapatkan sekuens DNA secara selektif yang dijadikan menjadi seleksi antigen yang nantinya akan dilakukan seed vaksin dan dilakukan uji imunogenitas lalu uji klinis hospes peka sampai didapatkan Prototype Vaksin. Proses produksi vaksin terdiri atas proses perencanaan, pengujian, penyimpanan, maupun distribusi yang mana pada masing-masing tahap dilakukan pengawasan oleh tim Quality Assurance untuk menjamin pelaksanaan produksi vaksin agar dapat berjalan dengan lancar.

Nathalya Dwi Kartika Sari., Sp.PK. menjelaskan bahwasanya  terdapat 3 jenis imunitas yaitu pertama innate immunity (alami), adaptive immunity dan passive immunity. Salah satu juan dari vaksin adalah terbentuknya herd immunity. Infeksi acute sars-cov2 akan menginisiasi respon imun seluler dan juga humoral, dimana respon humural akan menghasilkan antibodi terhadap antigen spesifik virus. Terdapat dua jenis antibodi berdasarkan efek terhadap patogen yaitu antibodi netralisasi, dimana antibodi ini dapat menetralisasikan patogen yang masuk sehingga mencegah terjadinya infeksi. Selanjutnya antibodi non-nepolisasi dimana antibodi ini timbul setelah terjadinya infeksi, dimana antibodi ini tidak dapat menetralisasi virus terkait dengan protein-N atau S selain RBDT. Indikasi pemeriksaan antibodi mendukung diagnosis penyakit Covid-19 maupun melihat komplikasi Covid-19. Untuk screening calon donor darah konvalesen dan secara epidemiologi dengan serum surveillance. Uji antibodi sars-cov2 tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa, namun hanya untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan ini tidak dapat menegakkan diagnosa infeksi akut dan tidak boleh digunakan sebagai contact tracing ataupun menilai efektivitas vaksin. Pemeriksaan antibody dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan Plaque Reduction Neutralization Test, Competitive Virus Neutralization Test (cVNT), Surrogate Virus Neutralization Test berdasarkan Neutralizing Antibody Detection Test, dan pemeriksaan Binding Antibody Detection dengan menggunakan ICT ataupun labolatory based test dengan ELISA maupun dengan KLIA.

Kegiatan ini berlangsung sukses dengan kegiatan lanjutan yaitu kuis untuk menguji tingkat pemahamahan peserta, dan bagi peserta dengan 3 nilai tertinggi mendapatkan doorprize menarik. Kuliah pakar ini diharapkan mampu mendukung program pemerintah dalam vaksinasi Covid-19 dan menekan isu hoaks yang beredar di masyarakat terkait vaksin Covid-19.