Di dalam siklus daur kehidupan, kesehatan remaja secara umum telah menjadi perhatian banyak pihak. Salah satu alasannya adalah karena mereka menjadi kelompok yang rentan terhadap masalah gizi dan faktor yang berperan penting dalam menentukan kondisi kesehatan generasi berikutnya. Remaja putri sering kali memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang terbatas terhadap beragam jenis buah-buahan, sayuran, ikan dan daging dan mengakibatkan mereka kekurangan zat gizi mikro penting dalam tubuh. Kelompok ini berisiko untuk terkena anemia.

            Prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia masih tergolong tinggi. Kondisi Anemia pada remaja putri seringkali dianggap lumrah oleh sebagian masyarakat. Karena setiap bulan remaja putri akan melalui siklus haid, sehingga dianggap tidak perlu segera ditangani jika mengalami anemia. Tak banyak masyarakat tahu, bahwa anemia pada remaja putri akan menjadi berbahaya jika tidak segera ditangani. Anemia merupakan kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah. Anemia dapat dialami oleh siapapun. Lalu, mengapa anemia pada remaja putri perlu mendapat perhatian penting? Dampak Anemia pada remaja putri antara lain penurunan kesehatan, prestasi, kemampuan dalam beraktivitas yang disebabkan lemah, letih, lesu dan lunglai serta jika terjadi sampai usia dewasa, kondisi anemia akan diperparah ketika hamil yang menyebabkan pertumbuhan janin tidak optimal yang berdampak melahirkan bayi stunting.

Salah satu upaya mencegah dan menangani anemia pada remaja putri adalah dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) setidaknya 1x seminggu. Selain itu, diperlukan juga kesadaran dan motivasi remaja putri untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan protein. ATIKA (Ati ayam, telur dan Ikan) adalah contoh bahan makanan yang tinggi zat besi. Selain itu, disarankan juga untuk mengonsumsi sumber vitamin C agar penyerapan zat besi di dalam tubuh lebih optimal. Remaja putri juga dianjurkan selalu mengonsumsi makanan seimbang sesuai anjuran “Isi Piringku”.