Sekolah merupakan sarana belajar yang paling baik untuk remaja. Sayangnya praktik olahraga atau aktivitas fisik sedang hingga berat di sekolah dibiasakan menjadi hukuman bagi siswa yang melanggar aturan sekolah sehingga persepsi olahraga sebagai kegiatan tidak menyenangkan tertanam pada sebagian besar siswa (Owen et al., 2014). Oleh karena itu model edukasi mengenai aktivitas fisik atau olahraga tersebut sebaiknya dihilangkan dan diganti dengan model edukasi yang lebih efektif. Model edukasi peningkatan aktivitas yang bisa diterapkan di sekolah sebagai berikut:
1. Senam Bersama
Senam bersama adalah salah satu program aktivitas fisik yang biasa dilakukan di sekolah. Meskipun telah banyak diterapkan, program ini tidak selalu menghasilkan perubahan positif pada siswa misalnya untuk menurunkan IMT/U bagi siswa yang overweight dan obesitas. Menurut Mei et al. (2016) senam bersama dengan durasi 30-45 menit dengan frekuensi 2 kali per minggu (≤ 100 menit per minggu) di sekolah terbukti lebih efektif dalam menurunkan IMT/U dari pada yang dilakukan > 100 menit per minggu. Secara teori memang semakin tinggi aktivitas fisik seseorang maka energi yang dikeluarkan oleh tubuh semakin tinggi sehingga dapat menurunkan berat badan dan IMT/U lebih banyak. Akan tetapi, intervensi berupa senam bersama di sekolah yang dilakukan terlalu sering atau terlalu lama justru dapat menjadi beban bagi siswa sehingga siswa melakukan senam dengan terpaksa dan tidak mengikuti gerakan senam sesuai dengan yang diinstruksikan. Sebagai dampaknya, senam bersama yang dilakukan ≤ 100 menit per minggu lebih efektif dalam menurunkan IMT/U dan lebih menyenangkan bagi siswa (Mei et al., 2016).
Dalam penerapannya, sebelum senam bersama dilakukan pihak sekolah dapat melakukan pemilihan duta senam sehat yang dipilih dari masing-masing kelas untuk dilatih senam terlebih dahulu. Setelah para duta senam siap maka mereka akan menjadi instruktur senam bersama guru-guru olahraga. Sebagai salah satu praktik teori modelling, guru-guru yang lain (bukan guru olahraga) juga harus mengikuti senam bersama dengan siswa-siswinya. Hal tersebut harus dilakukan karena guru merupakan role model yang penting bagi siswa di sekolah (Roeser et al., 2000). Seluruh siswa tidak harus melakukan senam secara bersama tetapi bisa dijadwal sesuai dengan kapasitas lapangan atau aula yang dimiliki sekolah dengan catatan setiap siswa mendapat giliran senam selama 30-45 menit sebanyak 2 kali per minggu. Untuk mempermudah penjadwalan 1 kali senam dapat dilakukan sebagai kegiatan wajib saat mata pelajaran pendidikan jasmani dan 1 kali senam dijadwal sesuai dengan kapasitas lapangan atau aula yang dimiliki sekolah. Program senam bersama di sekolah ini juga merupakan praktik teori conditioning yakni membiasakan siswa untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari dan telah terbukti efektif untuk menurunkan IMT/U siswa.
- Edukasi tentang Pentingnya Aktivitas Fisik dan Jenis-Jenis Aktivitas Fisik
Pengetahuan mengenai pentingnya aktivitas fisik merupakan bekal yang penting untuk remaja agar mereka memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan anjuran terutama diluar jam sekolah. Selain itu edukasi tentang aktivitas fisik juga perlu diberikan pada remaja agar mereka memahami tujuan mereka mendapatkan materi mengenai olahraga dan agar mereka bersemangat untuk mengikuti pelajaran olahraga. Menurut penelitian Roeser et al. (2000), sebagian besar siswa yang tidak aktif atau tidak bersemangat mengikuti pelajaran di kelas karena mereka tidak memahami atau tidak menemukan alasan mengapa mereka butuh sekolah. Oleh karena itu, saat pertama kali mendapat mata pelajaran olahraga, siswa perlu diberi materi apa manfaat olahraga secara jelas bagi mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Edukasi mengenai pentingnya aktivitas fisik juga dapat diberikan secara terus-menerus melalui pesan sederhana (maksimal 3 pesan) dalam bentuk poster yang dibagikan lewat sosial media. Sosial media merupakan media yang sangat populer dikalangan anak muda dan efektif digunakan sebagai salah satu media penyampaian pesan edukasi kesehatan. Fungsi sosial media dalam edukasi pentingnya aktivitas fisik ini hanya untuk memberi informasi saja bukan sebagai media monitoring aktivitas fisik siswa diluar jam sekolah karena sosial media tidak efektif digunakan sebagai media monitoring atau komunikasi dua arah secara terus menerus dalam intervensi perubahan perilaku remaja (Williams et al., 2014). Monitoring dan evaluasi program secara keseluruhan dapat dilakukan dengan wawancara pada wali murid dan pengukuran antropometri untuk melihat IMT/U tiap siswa.
Materi edukasi yang juga penting diberikan adalah jenis-jenis aktivitas fisik atau olahraga. Materi ini penting diberikan agar persepsi bahwa olahraga susah diterapkan pada remaja dapat berkurang atau bahkan hilang. Remaja juga dapat mencoba dan mencari olahraga yang paling diminati dan paling mudah dia praktikkan sendiri untuk selanjutnya dapat dilakukan secara teratur di luar jam sekolah. Materi jenis-jenis aktivitas fisik atau olahraga dapat diberikan secara rinci pada setiap pertemuan mata pelajaran pendidikan jasmani selama kelas 1 SMP maupun SMA. Penyampaian materi juga harus sekaligus dipraktikan agar siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami materi yang diberikan (Mei et al., 2016). Materi ini juga dapat disampaikan sebagai materi selingan dalam edukasi melalui poster di media sosial untuk menghindari kebosanan pada siswa.
- Penugasan Membuat Poster Hidup Sehat dengan Olahraga
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa dan sekaligus masa pencarian jati diri (Roeser et al., 2000). Bagi sebagian remaja, olahraga juga merupakan bagian dari aktualisasi diri namun sebagian remaja justru tidak dapat memaknai olahraga bagi dirinya atau menganggap bahwa olahraga merupakan kegiatan yang tidak penting. Oleh karena itu, edukasi pendidikan jasmani harus dapat memberikan materi tentang seluruh jenis olahraga dan memfasilitasi siswa untuk memilih olahraga yang mereka minati.
Setelah siswa menerima materi tentang pentingnya olahraga dan jenis-jenis olahraga secara utuh maka penting bagi guru untuk melakukan monitoring mengenai olahraga yang diminati oleh masing-masing siswa. Oleh karena itu, penugasan pemilihan olahraga yang digemari dapat diberikan pada siswa pada akhir mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas 1. Agar tugas dapat memberi makna bagi siswa maka tugas dapat diberikan dengan cara meminta siswa untuk membuat poster hidup sehat dengan olahraga menggunakan background gambar dirinya sendiri atau role model yang dia idolakan yang sedang melakukan olahraga yang dia minati. Pesan poster dapat ditulis sesuai dengan keinginan dari siswa sehingga benar-benar menggambarkan makna olahraga bagi dirinya.
Tugas ini tidak hanya berguna untuk meningkatkan self-motivation pada siswa tetapi juga dapat digunakan sebagai media monitoring untuk melihat seberapa jauh siswa memaknai olahraga bagi dirinya. Pada saat pengumpulan tugas guru dapat sekaligus melakukan wawancara pada siswa terkait makna poster yang mereka buat. Jika terdapat kejanggalan atau ketidaktepatan pada maka poster yang siswa telah buat maka guru dapat melakukan koreksi dan siswa dapat diminta mengulang membuat atau memperbaiki poster. Guru juga dapat merekomendasikan klub ekstrakurikuler olahraga sekolah atau klub olahraga di luar sekolah yang dapat siswa ikuti untuk dapat mencapai target aktivitas fisik mereka. Guru harus dipastikan memiliki komitmen tinggi dalam mengajar karena peran yang dimiliki sangat penting dalam perkembangan siswa termasuk dalam mata pelajaran pendidikan jasmani (Castelli et al., 2014).
Poster yang telah disetujui guru selanjutnya dikembalikan pada siswa untuk ditempelkan pada dinding kamar pribadi siswa. Setelah poster dipasang maka, guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa untuk mendukung pelaksanaan olahraga di luar jam sekolah. Bentuk-bentuk dukungan orang tua yang harus dilakukan diantaranya: mengapresiasi pilihan olahraga yang digemari anaknya misalnya dengan membelikan majalah olahraga sesuai dengan minat anaknya serta mencari informasi dan mengajak anaknya untuk bergabung dengan klub olahraga atau sanggar olahraga sesuai dengan minat anaknya. Jika memungkinkan, orang tua juga dapat melakukan olah raga bersama-sama dengan anaknya (Castelli et al., 2014).
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi program, guru dapat bekerja sama dengan wali murid atau orang tua siswa. Bentuk monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara wawancara serta meminta orang tua untuk observasi terkait dengan penempelan poster olahraga dan kegiatan olahraga anaknya. Bukti observasi yang dilakukan bisa ditunjukkan pada guru melalui foto atau viedo agar dapat terekam dengan jelas. Monitoring dan evaluasi juga dapat dilakukan melalui pengukuran antropometri untuk melihat IMT/U setiap siswa pada setiap akhir tahun.
Komentar Terbaru