Kelompok masyarakat usia dewasa (19-59 tahun) merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap terjadinya penyakit degeneratif atau metabolik. Masyarakat usia dewasa merupakan usia produktif, dimana tingginya kesibukan dapat menyebabkan aktivitas fisik berkurang dan asupan makanan meningkat, terutama produk makanan yang praktis seperti fast food atau frozen food. Pola hidup tersebut berisiko terhadap terjadinya negative energy balance yang berdampak pada peningkatan risiko obesitas. Obesitas dapat menyebabkan risiko sindrom metabolik, seperti tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan profil lemak tinggi (dislipidemia). Salah satu indikator status gizi yang berkaitan erat dengan kejadian sindrom metabolik adalah lingkar pinggang, Pengukuran lingkar pinggang dapat menggambarkan kondisi obesitas sentral, dimana abdomen/pinggang merupakan salah satu lokasi penyimpanan jaringan lemak. Mengingat tingginya risiko sindrom metabolik pada usia dewasa dan lansia, maka perlu dilakukan upaya skrining terjadap risiko sindrom metabolik pada dewasa. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus desa Masangan Kulon, Sukodono, Sidoarjo, belum ada skrining dan orientasi mengenai pengukuran lingkar pinggang pada usia dewasa dan lansia. Oleh karena itu, beberapa staf pengajar dan mahasiswa dari Program Studi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya mengadakan kegiatan pengabdian Masyarakat berupa orientasi pengukuran lingkar pinggang pada ibu kader di desa Masangan Kulon, Sukodono, Sidoarjo.
Kegiatan pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Juli 2023 di Balai Desa Masangan Kulon, Sukodono, Sidoarjo. Kegiatan tersebut melibatkan 60 orang ibu kader di lingkungan desa Masangan Kulon, Sukodono, Sidoarjo. “Ibu kader dilibatkan dalam kegiatan ini karena ibu kader merupakan lini terdepan di masyarakat, sehingga kami melibatkan ibu kader supaya ibu kader dapat membantu melakukan skrining masalah sindrom metabolik pada warga setempat” ujar ketua tim pengabdian masyarakat, Farah Nuriannisa, S.Gz., M.P.H. Kegiatan orientasi diawali dengan penjelasan mengenai keunggulan dan pentingnya pengukuran lingkar pinggang. “Umumnya kita mengetahui risiko obesitas dari pengukuran berat badan. Pengukuran berat badan hanya menggambarkan berat total tubuh, termasuk rangka, cairan, organ, dan sebagainya. Sedangkan pengukuran lingkar pinggang hanya spesifik menggambarkan banyak lemak di tubuh, sehingga dapat lebih menggambarkan risiko sindrom metabolik” tutur Farah. Setelah menjelaskan pentingnya pengukuran lingkar pinggang, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi dan praktik pengukuran lingkar pinggang pada peserta dengan menggunakan midline. Selanjutnya, peserta diminta untuk mengkategorikan hasil pengukuran lingkar pinggang, dimana lingkar pinggang > 90 cm pada pria dan > 80 cm pada wanita menunjukkan adanya kejadian obesitas sentral atau risiko terjadinya sindrom metabolik. Adanya kegiatan orientasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas atau kemampuan kader untuk melakukan skrining pada masyarakat usia dewasa, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap kejadian sindrom metabolik.
Komentar Terbaru