Permasalahan gizi pada balita masih menjadi tantangan untuk diselesaikan, program-program pencegahan masalah gizi terus diupayakan untuk dapat terlaksana dan berdampak positif sesuai dengan target pemerintah. Asupan makanan balita pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) mengambil peran penting untuk pencegahan masalah gizi tersebut seperti pemberian Asi Eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI). Kecukupan asupan balita terutama 6-23 bulan mayoritas mulai mengalami ketidakseimbangan mengingat pada fase ini anak-anak mulai sulit untuk makan karena berbagai faktor. Kondisi tersebut terkadang membuat orang tua akhirnya pasrah dengan apa yang dikonsumsi anak asalkan anak mau makan. Padahal kesesuaian MPASI yang dikonsumsi anak sangat berpengaruh terhadap kecukupan asupan dan status gizinya. Sehingga perlu dilaksanakannya program pemantauan variasi bahan pangan MPASI pada balita 6-23 bulan.

Pada bulan Juli 2024 lalu, tim dosen Prodi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) berkesempatan untuk dapat memberikan sosialisasi kepada sebanyak 40 kader posyandu Desa Wage Kecamatan Taman Sidoarjo mengenai pemantauan variasi bahan pangan MPASI. Kegiatan tersebut bertepatan dengan agenda pertemuan rutin bulanan kader posyandu yang dilaksanakan di RW 15 dan dihadiri oleh bidan desa setempat. Pada kegiatan tersebut, tim dari Prodi S1 Gizi UNUSA memberikan penjelasan terkait dengan tujuan pemantauan variasi bahan pangan sebagai salah satu indikator dalam menilai ketepatan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Variasi bahan pangan MPASI balita 6-23 bulan dikatakan baik jika minimal mengkonsumsi 5 kelompok bahan pangan dari 8 kelompok bahan pangan (ASI, Makanan Pokok, Kacang-kacangan, Susu dan olahannya, Daging-dagingan, Telur, Sayur/buah sumber vitamin A, dan sayur/buah lain) dalam 1 hari. Selain 8 kelompok bahan pangan, ada 1 lagi yang perlu untuk dipantau oleh kader, yaitu penggunaan atau konsumsi pangan olahan/kemasan pada MPASI balitas.

Pemantauan asupan dilakukan dengan menggunakan metode recall 1×24 jam mulai dari anak bangun tidur hingga tidur lagi di malam hari. Kader posyandu diajarkan untuk dapat mencoba menerapkan metode recall 1×24 jam kepada ibu balita untuk menggali informasi makanan yang dikonsumsi oleh balita. Kemampuan kader dalam menggali informasi dapat berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan oleh ibu balita. Kader posyandu sangat antusias mendapatkan sosialisasi tersebut mengingat pada tahun 2025 kader wajib melakukan pemantauan variasi bahan pangan MPASI balita 6-23 bulan dan melaporkannya kepada pihak puskesmas. Selain itu, para ibu-ibu kader juga aktif bertanya dan semangat dalam mencoba praktek melakukan recall asupan makan. Kader posyandu merasa kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan membantu untuk persiapan implementasi program di tahun depan.