Sidoarjo — Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) melaksanakan dua kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada kesehatan mental dengan melibatkan para santri kader husada. Pertemuan pertama digelar pada tanggal 20 Juni 2025 membahas tentang stres akademik, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 26 Juli 2025. Kedua kegiatan ini menjadi langkah nyata pesantren dalam meningkatkan kesejahteraan mental santri.
Pertemuan Pertama: Edukasi Stres Akademik (20 Juni 2025)

Pada pertemuan pertama, para santri diajak memahami apa itu stres akademik, mengapa hal itu sering terjadi di lingkungan pesantren, dan bagaimana cara mengelolanya. Kegiatan dibuka dengan paparan dari pemateri yang menjelaskan faktor penyebab stres, seperti tuntutan akademik yang padat, tekanan prestasi, dan penyesuaian diri terhadap aturan pesantren. Setelah itu, santri terlibat dalam diskusi kelompok untuk mengidentifikasi sumber stres yang mereka alami sehari-hari. Diskusi ini menghasilkan berbagai strategi praktis, mulai dari manajemen waktu, latihan relaksasi, hingga mencari dukungan dari teman sebaya. Dari evaluasi, terlihat bahwa pemahaman santri tentang stres akademik meningkat, dan mereka mampu merumuskan langkah-langkah konkret untuk mengelolanya.

Berlanjut ke pertemuan kedua, fokus kegiatan diarahkan pada pembekalan keterampilan peer counseling. Santri diperkenalkan dengan teknik sederhana untuk menjadi pendengar yang baik, membangun empati, dan memberikan dukungan emosional kepada teman yang sedang menghadapi masalah. Proses pelatihan dilakukan secara interaktif melalui simulasi kasus dan permainan peran (roleplay), sehingga peserta dapat langsung mempraktikkan apa yang dipelajari. Selama pelatihan, terlihat perubahan positif—santri menjadi lebih percaya diri, aktif merespon cerita teman, dan mampu menunjukkan sikap peduli secara nyata.

Melalui pelatihan ini, diharapkan terbentuk jaringan peer counselor di pesantren yang dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan mental para santri. Panitia berharap keterampilan yang didapat tidak hanya bermanfaat di lingkungan pesantren, tetapi juga menjadi bekal berharga bagi para santri di masa depan.
Recent Comments