Penulis: Devyana Dyah Wulandari, S.Si, M.Si

Prodi D-IV Analis Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

 

Sektor pertanian, pilar ketahanan pangan global, tak lepas dari penggunaan pestisida yang masif untuk mengamankan hasil panen dari hama dan penyakit. Namun, kenyamanan ini datang dengan harga: risiko kesehatan signifikan bagi para petani yang terpapar langsung dan kronis. Pestisida, senyawa kimia toksik, berpotensi memicu berbagai gangguan kesehatan, dan salah satu indikator dini yang dapat diamati adalah perubahan pada total hitung leukosit (sel darah putih) dalam tubuh. Artikel ini akan mengulas bagaimana paparan pestisida dapat mempengaruhi jumlah sel darah putih pada petani.

Pestisida dan Jalur Paparan pada Petani

Pestisida adalah agen kimia yang dirancang untuk membunuh atau mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Kelas-kelas pestisida beragam, mulai dari organofosfat, karbamat, hingga piretroid, masing-masing dengan mekanisme toksisitas yang berbeda, seringkali menargetkan sistem saraf atau jalur biokimia penting.

Petani umumnya terpapar pestisida melalui tiga jalur utama:

  1. Dermal (Kulit): Kontak langsung saat mencampur, menyemprot, atau menyentuh tanaman yang baru disemprot. Ini adalah rute paparan dominan.
  2. Inhalasi (Pernapasan): Menghirup uap atau partikel semprotan pestisida yang terbawa angin.
  3. Oral (Mulut): Terkadang terjadi melalui konsumsi makanan/air terkontaminasi, atau kebiasaan buruk seperti makan/merokok tanpa mencuci tangan.

Leukosit: Penjaga Kekebalan Tubuh

Leukosit, atau sel darah putih, adalah komponen krusial dari sistem kekebalan tubuh, berperan sebagai garda terdepan melawan infeksi, peradangan, dan penyakit. Terdapat berbagai jenis leukosit (neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, basofil) dengan fungsi spesifik. Total Hitung Leukosit (THL) adalah ukuran jumlah keseluruhan sel darah putih per unit volume darah. Perubahan pada THL dapat mengisyaratkan adanya gangguan dalam tubuh, termasuk respons terhadap zat toksik.

Hubungan Antara Paparan Pestisida dan Total Hitung Leukosit

Beberapa studi epidemiologi dan toksikologi telah menyelidiki dampak paparan pestisida pada THL petani, dengan hasil yang kadang bervariasi:

  • Peningkatan THL (Leukositosis): Banyak penelitian melaporkan adanya peningkatan THL pada petani yang terpapar pestisida. Fenomena ini sering ditafsirkan sebagai respons peradangan atau stres imunologis. Tubuh mungkin mengenali pestisida sebagai zat asing yang berbahaya, memicu aktivasi sistem kekebalan untuk menetralisir atau membersihkannya. Akibatnya, produksi sel darah putih, terutama neutrofil yang merupakan garis pertahanan pertama, meningkat. Ini adalah upaya tubuh untuk mempertahankan diri.
  • Penurunan THL (Leukopenia): Di sisi lain, beberapa studi juga menemukan penurunan THL pada petani yang terpapar pestisida, terutama pada paparan kronis jangka panjang. Penurunan ini dapat menunjukkan supresi sumsum tulang belakang, organ tempat sel darah diproduksi. Paparan berlebihan atau berkepanjangan terhadap zat toksik tertentu dapat mengganggu proses hematopoiesis (pembentukan sel darah), sehingga mengurangi jumlah leukosit yang tersedia. Leukopenia membuat individu lebih rentan terhadap infeksi.

Variasi hasil ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis pestisida, durasi dan intensitas paparan, penggunaan alat pelindung diri (APD), kondisi kesehatan awal petani, serta metodologi penelitian.

Implikasi Kesehatan dan Rekomendasi Perubahan pada THL, baik itu peningkatan atau penurunan, bukanlah hal sepele. Keduanya mengindikasikan adanya disregulasi pada sistem kekebalan tubuh. Leukositosis kronis dapat membebani tubuh, sementara leukopenia meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi kesehatan lainnya.

Untuk memitigasi risiko ini, langkah-langkah pencegahan sangat esensial:

  1. Penggunaan APD yang Tepat: Petani wajib menggunakan sarung tangan, masker, kacamata pelindung, pakaian lengan panjang, dan sepatu bot saat menangani pestisida.
  2. Edukasi dan Pelatihan: Petani perlu memahami bahaya pestisida, cara penggunaan yang aman, dosis yang benar, dan teknik penyemprotan yang tepat.
  3. Higiene Personal: Mencuci tangan dan mandi setelah bekerja adalah keharusan.
  4. Manajemen Hama Terpadu (PHT): Mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dengan menerapkan metode pengendalian hama yang lebih berkelanjutan.
  5. Pemantauan Kesehatan Rutin: Pemeriksaan kesehatan berkala, termasuk tes darah lengkap, penting untuk deteksi dini dan intervensi.

Paparan pestisida jelas berpotensi memengaruhi total hitung leukosit pada petani, mengindikasikan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Meskipun hasil penelitian bervariasi, kesimpulan umumnya menunjukkan bahwa pestisida dapat memicu respons imunologis yang abnormal. Oleh karena itu, perlindungan dan edukasi bagi petani menjadi kunci untuk menjaga kesehatan mereka dan memastikan keberlanjutan pertanian yang aman.