Keselamatan dan Kesehatan kerja yang sering disingkat dan dikenal dengan istileh K3, merupakan sebuah upaya untuk memelihara dan juga meningkatkan kesehatan fisik tubuh kita meningkatkan kesehatan mental pekerja dan juga meningkatkan kesehatan sosial pada setiap para pekerja  diperusahaan. K3 sudah harus menjadi budaya setiap elemen yang ada di dalam suatu instansi atau perusahaan maupun dalam bermasyarakat. Manusia memiliki peran aktif dalam menciptakan budaya K3 tersebut. Menciptakan suatu budaya harus dibiasakan sejak dini. Setidaknya kepedulian dan sudut pandang atau persepsi terhadap suatu K3 dimiliki pada setiap manusia. Penerapan K3 pada saat ini tidak hanya perlu dilakukan di industri maupun perusahaan saja, namun juga harus diterapkan di tempat – tempat lain, seperti jalan raya, rumah, pusat perbelanjaan, sekolah dan lain – lain. K3 perlu diterapkan karena selalu ada kemungkinan resiko kegagalan di setiap tempat.

Sekolah merupakan tempat dimana bahaya juga tak bisa dielakkan, bahaya seperti terpeleset, terpapar virus atau bakteri apabila kurangnya kebersihan sarana toilet dan kantin, terpapar zat kimia saat melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, gangguan tulang belakang (skolisosis, kifosis, dan lordosis) maupun keluhan nyeri punggung bawah akibat penggunaan meja atau kursi yang tidak pas dengan jenis kegiatan tertentu, dan stress kejenuhan belajar merupakan contoh potensi bahaya yang dapat terjadi di sekolah.  Selain itu potensi bahaya kebakaran juga  memiliki potensi bahaya yang tinggi untuk terjadi jika Potensi bahaya tersebut dibiarkan, dan tentu saja bila dibiarkan akan berdampak pada Kesehatan siswa.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Education Bureau pada tahun 2011/2012 terkait kecelakaan di laboratorium sekolah pada 401 sekolah menengah didapat hasil bahwa terdapat 348 kasus kecelakaan
laboratorium yang dilaporkan. Sejumlah 328 orang yang terluka. Laboratorium kimia menempati urutan kedua sebagai tempat yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja di sekolah. Sebesar 39,1% akibat tergores, 37,6% kecelakaan akibat luka bakar ringan,8% kecelakaan pada mata, 7,2% terkena tumpahan bahan kimia. Hal tersebut menunjukkan tipe kecelakaan terkait penggunaan bahan kimia. Oleh karena itu, penerapan K3 disekolah perlu dilakukan.

Menanggapi persoalan tersebut, kami Tim Pengabdian masyarakat Bersama dosen dan Mahasiswa D-IVKeselamatan dan Kesehatan Kerja  dan dosen bagian Fakultas kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya melakukan kegiatan K3 Goes to School dalam kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi dan pelatihan di SMA Negeri 10 Surabaya. Kegiatan ini diikuti oleh 33 siswa peserta dengan mengambil 3 topik, yaitu : Tanggap Darurat, Pemadaman Api, dan First Aid. Tujuan diadakannya sosialisasi dan pelatihan ini adalah agar terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja di sekolahan serta siswa siswa dapat tanggap ketika terjadi suatu bencana atau kebakaran yang tidak diinginkan.

Sosialisasi diawali oleh sambutan dan dibuka oleh ibu Muslikha Nourma Rhomadhoni, S.KM., M.Kes selaku Kaprodi D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNUSA. Dalam sambutannya ia berharap dengan adanya sosialisasi ini dapat menambah ilmu tentang penerapan K3 pada sekolah, baik itu ketanggap daruratan, pemadaman api, dan first aid. Diharapkan nantinya, kultur berbudaya K3 ini dapat diterapkan sejak dini. Acara selanjutnya, yakni sambutan dari Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Surabaya yang mengapresiasi dan menyambut baik pelaksanaan K3 Goes To School ini sekaligus penyerahan cinderamata oleh ibu Nourma (Ketua TimPengabdian masyarakaat). Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi berupa tanggap darurat dalam mengantisipasi bencana alam dan kebakaran. Kemudian, pelatihan penggunaan Alat Pemadam Tradisional (APAT) berupa karung goni dan Alat Pemadam Ringan (APAR) dengan jenis CO2. Terakhir, yakni sosialisasi dan pelatihan mengenai pertolongan pertama pada patah tulang atau pembidaian Pada penyuluhan ini dilakukan pre test dan post test untuk dapat mengetahui perubahan tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Hasil kegiatan sosialisasi upaya tentang pemakaian Alat Pemadam Ringan (APAR) jenis CO2 dan Alat Pemadam Tradisional (APAT) menggunakan karung goni serta pelatihan mengenai pertolongan pertama pada patah tulang atau pembidaian cukup memuaskan dimana banyak siswa yang menjadi paham cara penggunaan APAR dan APAT serta pengetahuan terkait ketanggap daruratan bertambah. Mengutip dari salah satu siswa bahwa sosialisasi dan pelatihan ini sangat menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh dan banyak pengetahuan yang bisa di ambil. Diharapkan, kegiatan K3 Goes To School berupa sosialisasi dan pelatihan penerapan K3 di sekolah seperti ini, dapat diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dan berkelanjutan. Dan yang terpenting sebagai bentuk keberlangsungan penerapan budaya k3 yang terus menerus dimanapun tidak hanya di sekolah saja, maka perlu dibentuk tim K3 dari guru dan dari siswa. Selain itu sekolah juga harus berkomitmen kuat untuk menerapkan budaya K3 di sekolah.