Surabaya, 13 November 2025 – Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) kembali menggelar 7th Annual Scientific Meeting (ASM) sebagai bagian dari peringatan Hari Kesehatan Nasional 2025. Mengangkat tema “Keamanan dan Ketahanan Pangan untuk Indonesia Sehat”, acara ini menghadirkan berbagai pakar yang mengajak peserta melihat isu pangan bukan hanya soal makan, tetapi tentang masa depan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dalam sesi pemaparan, para narasumber menekankan bahwa masalah pangan dan kesehatan saling terhubung erat. Mulai dari bagaimana makanan diproduksi, diolah, hingga sampai ke meja makan, semuanya berpengaruh terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat. Karena itu, penguatan keamanan dan ketahanan pangan menjadi langkah penting untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan berdaya.
Salah satu isu yang mendapat perhatian besar adalah stunting. Meski angka stunting di Jawa Timur terus membaik dan hampir mencapai target nasional, para ahli mengingatkan bahwa pekerjaan ini belum selesai. Faktor penyebab seperti kemiskinan, pola asuh, hingga infeksi masih harus ditangani secara bersama-sama. Pemerintah daerah pun terus mendorong pendekatan yang lebih terpadu mulai dari tingkat desa, dengan memperbaiki kualitas data dan memperkuat aksi lintas sektor.
Selain stunting, para pemateri juga mengajak peserta memahami tantangan pangan dari sisi yang lebih luas. Perubahan iklim, peningkatan jumlah penduduk, hingga perubahan pola makan masyarakat—yang kini lebih banyak mengonsumsi pangan olahan tinggi gula, garam, dan lemak—membuat isu ketahanan pangan semakin kompleks. Ditambah lagi, limbah pangan di Indonesia mencapai 23–48 juta ton per tahun, sebuah angka besar yang tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga berdampak pada lingkungan.
Melalui diskusi ini, para pakar mendorong pendekatan sistem pangan yang lebih menyeluruh. Artinya, ketahanan pangan tidak hanya bicara soal ketersediaan bahan makanan, tetapi juga keberlanjutan lingkungan, keberagaman produksi pangan lokal, keadilan bagi petani, serta kontribusi keluarga dalam memastikan konsumsi yang lebih sehat. Pendekatan ini diyakini dapat menghubungkan upaya pengentasan kemiskinan, perbaikan gizi, dan perlindungan lingkungan dalam satu langkah besar.
Di sisi lain, keamanan pangan menjadi topik yang tak kalah penting. Beberapa penelitian yang dibahas dalam seminar menunjukkan masih adanya bahan berbahaya seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, boraks, dan residu pestisida yang ditemukan pada sebagian produk pangan di Indonesia. Hal ini menjadi pengingat bahwa makanan yang aman, bersih, dan bebas bahan berbahaya tetap harus menjadi perhatian utama semua pihak—baik pemerintah, produsen, maupun masyarakat.
Suasana ASM tahun ini semakin meriah dengan hadirnya TikTok Video Competition untuk siswa SMA/sederajat. Lomba ini menjadi cara kreatif UNUSA untuk mengajak generasi muda berpartisipasi dalam edukasi gizi dan keamanan pangan. Melalui video singkat, para siswa diajak menyampaikan pesan edukatif dengan cara yang menarik dan dekat dengan dunia mereka. Harapannya, literasi gizi dapat menyebar lebih cepat dan lebih luas melalui platform yang digemari remaja.
Dengan terselenggaranya 7th Annual Scientific Meeting ini, UNUSA menegaskan komitmennya untuk terus mengambil peran dalam isu pangan dan kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, masyarakat, dan generasi muda, acara ini diharapkan mampu memperkuat kesadaran bahwa pangan yang aman, bergizi, dan berkelanjutan adalah fondasi penting bagi masa depan Indonesia.
Recent Comments