Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang tua harus memperhatikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan nutrisi ini didapatkan dari makanan yang dikonsumsi anak. Untuk memenuhi asupan tersebut maka diperlukan manajemen kebutuhan nutrisi yang baik dan benar. Anak usia dini berada pada masa yang disebut dengan masa keemasan atau golden age. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut pertumbuhan dan perkembangan manusia sedang terjadi dengan pesatnya. Status gizi penting pada anak usia 1-2 tahun karena di masa ini otak sangat membutuhkan suplai nutrisi dalam pertumbuhannya, namun banyak timbul masalah status gizi pada anak usia 1-2 tahun. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada batita (Bayi dibawah dua tahun) .

          Manajemen pemenuhan kebutuhan nutrisi ini biasanya dimulai saat anak mendapat makanan tambahan/ pendamping ASI (Air Susu Ibu) atau yang biasa disebut dengan MPASI. Di sini peran ibu sangat penting. Karenanya, empat dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mencoba memberikan edukasi kepada para ibu. Empat dosen itu adalah Firdaus S.Kep. Ns,M.Kes, Wesiana Heris Santy, Mustika Chasanatusy Syarifah, dan Rizki Kardina. Keempatnya melakukan edukasi kepada para ibu batita RT 12 RW 02 Desa Tebuwung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. “Edukasinya simpel dengan memberikan materi mengenai gizi seimbang dan demonstrasi cara pembuatan makanan tambahan yang benar. Karena dengan memahami pemenuhan nutrisi yang benar akan meningkatnya status nutrisi pada anak dan menurunnya penyakit kurang gizi” ujar Firdaus.

            Dikatakan Firdaus, penelitian Susilowati (2017) menyatakan bahwa ibu yang memberikan pola asuh yang baik dan status gizi buruk ada sebanyak 29 (90,6%), sedangkan ibu yang mempunyai pola asuh yang kurang baik ada 11 (47,9%) balita kurus. Menurut hasil riset Dewi & Ginting, (2012) Apabila perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini mengalami gangguan, hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak yang berkualitas. Adanya gangguan kesehatan akan membawa dampak terhadap laju tumbuh kembang tubuh anak sedangkan salah satu faktor yag dapat menentukan daya tahan tubuh seseorang anak adalah keadaan gizinya. Edukasi bagaimana mencuci tangan yang benar kepada para ibu batita di RT 12 RW 02 Desa Tebuwung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik.

              “Kita pilih RT 12 RW 02 Desa Tebuwung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik ini karena masih terdapat batita yang status gizinya masih kurang, dari wawacara ibu kurang mengerti apa itu gizi seimbang,” tukasnya. Dikatakan Firdaus ini, selain itu, di lokasi ini mereka hampir tidak pernah memberikan makanan sehat  kepada anak berupa sayur, lauk pauk buah, ibu kurang paham juga cara membuat makanan tambahan pada anak umur 6 sampai umur 12 bulan. Makanan bergizi seimbang yang dikonsumsi oleh anak juga bergantung dengan pola asuh dari orang tuanya. Orang tua sudah memaksa anaknya makan namun dengan metode dan cara yang sama setiap harinya. Hal ini menyebabkan anak tidak tertarik untuk mengkonsumsi makanan yang berbeda dan bergizi seimbang. Selain itu ketika anak meminta untuk dibelikan jajan ibu akan menurutinya,  pola yang seperti ini menjadikan kebiasaan bagi batita. Kebanyakan ibu memberikan makanan dengan kuah bakso, soto. Para ibu lebih memilih memberikan makanan yang instan misal bubur instan, mie instan, anak tidak dikenalkan makanan gizi seimbang,” Ungkap Firdaus.

            Pengetahuan ibu tentang gizi adalah yang diketahui ibu tentang makanan sehat. Pengetahuan gizi ibu yang kurang akan berpengaruh terhadap status gizi batitanya dan akan sukar memilih makanan yang bergizi untuk anaknya dan keluarganya. Orang tua khususnya ibu memiliki peranan yang sangat penting bagi anak. Apalagi dalam hal pemberian makanan, seharusnya ibu mengetahui makanan apa saja yang harus dikonsumsi oleh anaknya. Maka dari itu mereka kita ajari tentang manajemen pemenuhan kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan umur anak dan demonstrasi cara membuat makanan,” tukas Firdaus. Para ibu akhirnya mengetahui pentingnya manajemen pemenuhan nutrisi dengan benar untuk menghindari balita dari gizi buruk serta dapat meningkatkan derajat kesehatan.

            Dengan edukasi ini, keempat dosen ini tidak begitu saja meninggalkan para ibu batita yang sudah dibinanya. Keempatnya pun melakukan evaluasi. Kata Firdaus, S.Kep.Ns., M.Kes Evaluasi dirancang dengan membandingkan kondisi pengetahuan dan pemahaman awal sebelum intervensi sosialisasi dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman setelah pelaksanaan intervensi. Pemotretan pengetahuan dan pemahaman para peserta sosialisasi tentang status nutrisi agar peserta merubah perilaku yang salah dalam cara memberikan makanan pada anak umur 1-2 tahun adalah dengan menggunakan Kuesioner individu yang berupa pretest dan posttest.

               Pretest dan posttest yang diberikan kepada para peserta berupa kuesioner yang berisi lima pertanyaan. Bentuk soal dan isi pertanyaan antara pretest dan posttest adalah sama, hanya dibedakan denga penempatan nomor soal yang diacak. Setiap soal yang dijawab dengan benar memperoleh nilai 10, dan jika benar semua memperoleh nilai maksimal 50. Bentuk evaluasi pretest dan posttest inilah yang digunakan untuk mengevaluasi apakah terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan dan pemahaman dari para peserta terkait dengan adanya intervensi sosialisasi tentang pemenuhan nutrisi bagi batita. Hasil evaluasi yang diperoleh dari pretest dan posttest. “Dari hasil posttest pengetahuan para ibu tentang manajemen pemenuhan nutrisi dan menumbuhkan perilaku hidup sehat terutama dalam hal menjaga asupan makanan yang bergizi lebih meningkat dibanding sebelumnya,” tandas Firdaus. Firdaus berharap nantinya edukasi ini balita dapat terhindar dari gizi buruk serta dapat meningkatkan derajat kesehatan warga RT 12 RW 02 Kelurahan Tebuwung, Kecamatan dukun, Gresik.