Berdasarkan data Bappenas (2019), underweight (berat badan menurut umur) di bawah standar masih mempengaruhi 17,7 % balita di Indonesia, sedangkan permasalahan gizi di Jawa Timur untuk kasus stunting adalah 23,5%, underwight 16,1%, dan wasting 6,4% dan di Kabupaten Sidoarjo kasus stunting sebesar 14,8%, wasting 5,4%, underweight 7,2% (SSGI, 2021). Masalah gizi di Kabupaten Sidoarjo dan Jawa Timur masih dikategorikan Akut karena kasus wasting ≥5%.

Penyebab langsung permasalahan gizi balita yaitu kurangnya asupan zat gizi (makanan) dan penyakit infeksi pada balita. Tingkat kecukupan energi pada 45,7% penduduk Indonesia termasuk kategori sangat kurang (<70% AKE/Angka Kecukupan Energi) dan tingkat kecukupan protein pada 36,1% penduduk Indonesia juga sangat kurang yaitu <80% AKP/Angka Kecukupan Protein (Bappenas, 2019). Saat ini pola makan sehat sudah mulai terabaikan, orangtua lebih memilih membeli makanan diluar rumah karena lebih praktis seperti fast food atau jajanan yang terkadang tidak diperhatikan kandungan berbahaya di dalamnya, sehingga dapat berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan dan jika berlangsung lama akan menyebabkan permasalahan gizi.

Dalam pembentukan pola makan sehat pada balita dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Program Studi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengambil peran dalam edukasi pembuatan frozen food tinggi protein berbasis pangan lokal sebagai salah satu upaya melatih inovasi orangtua dalam menyiapkan makanan yang sehat (tinggi protein), praktis dan mudah bagi balita. Hal ini sebagai salah satu bentuk komitmen prodi S1 Gizi Unusa untuk membantu menurunkan angka stunting di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2023 di Balai Desa Masangan Kulon Kabupaten Sidoarjo. Diawali dengan menggali pengetahuan orangtua tentang makanan tinggi protein dan pengolahan frozen food, kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan nugget dan bakso yang berbahan dasar ikan lele sebagai salah satu bahan pangan lokal yang dikembangkan di Desa tersebut. Para orangtua serta balita mencoba produk yang telah jadi dan balita menghabiskan produk berbahan dasar ikan lele tersebut dengan lahap. Setelah kegiatan selesai, orangtua diminta kembali menjawab pertanyaan dan terjadi peningkatan pengetahuan tentang makanan tinggi protein serta pengolahan frozen food sebesar 73%. Para orangtua dan balita sangat antusias mengikuti kegiatan ini.